Kamis, 15 Mei 2008

Latar Belakang


Banyaknya TKI yang mengundi nasib di luar negeri dan rata-rata bukan tenaga terampil menjadi bukti bahwa sebagai negara, Indonesia sesungguhnya belum mampu menunaikan tugasnya dalam mencerdaskan warganya. Selama bertahun-tahun para pemegang kebijakan hanya menyalurkan 1 % dari GDP (Gross Domestic Product) untuk bidang pendidikan. Padahal, negara-negara berkembang lain membiayai dunia pendidikannya sebesar 2,5 % GDP sementara negara maju mencapai 7 % GDP. Kebijakan ini telah mengakibatkan terpuruknya dunia pendidikan di Indonesia. Akibatnya, kualitas manusia Indonesia terus merosot di mata dunia. Di mana-mana orang Indonesia diremehkan dan harga diri bangsa Indonesia dicampakkan.

Apabila bangsa ini ingin terhormat di mata dunia, maka langkah pertama yang harus diambil oleh bangsa ini adalah mendidik anak-anak negeri dengan sebaik-baiknya. Sejarah telah mencatat bahwa bangsa yang besar dan terhormat adalah bangsa yang meletakkan pendidikan warganya di atas segala-galanya. Malaysia, Singapura, dan Amerika Serikat telah membuktikan kebenaran akan hal ini.

Pendidikan merupakan hak setiap warga negara (UUD 1945 pasal 31 ayat 1) dan pemerintah berkewajiban memenuhi hak itu. Namun pada kenyataannya peran pemerintah masih belum maksimal dalam memenuhi hak-hak pendidikan warganya, sehingga segenap komponen bangsa dituntut untuk ikut serta dalam penyelenggaraan pendidikan. Untuk itu, munculnya banyak lembaga pendidikan --beberapa diantaranya diakui sebagai unggulan-- di negeri ini merupakan hal positif yang harus terus dikembangkan.

Di Jawa Tengah, hampir di setiap kota terdapat lembaga pendidikan Islam unggulan dan favorit. Mereka telah menunjukkan kiprahnya dalam penyelenggaraan pendidikan berkualitas guna meningkatkan keimanan dan ketakwaan, kecerdasan, serta akhlak mulia anak-anak bangsa. Lembaga-lembaga itu senantiasa menggali potensi baru dan menemukan peluang baru dalam meningkatkan kualitas pelayanannya guna memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Berbagai permasalahan yang muncul telah mereka carikan jalan keluar sesuai dengan visi dan misi lembaga.

Seiring dengan perkembangan global, seluruh lembaga pendidikan mendapatkan tantangan baru baik dalam aspek budaya sekolah, kurikulum, kelembagaan, networking, maupun peningkatan SDM. Dalam aspek budaya sekolah, seluruh praktisi pendidikan merasakan bahwa pengaruh globalisasi informasi telah membawa dampak besar pada budaya orang tua, siswa, dan guru dalam menjalankan pendidikan. Tantangan-tantangan baru muncul terkait dengan perilaku siswa dalam kehidupan di sekolahnya, seperti narkoba, pornografi, gank, dan bullying (kekerasan).

Dalam aspek kurikulum, dominasi kognisi atas aspek psikomotor dan afeksi menyebabkan tumpulnya krativitas siswa dalam menyikapi perubahan-perubahan dalam kehidupan. Disamping itu, fakta bahwa tidak semua alumni SMA melanjutkan ke perguruan tinggi, bahkan diperkirakan 70 % alumni memilih langsung terjun ke masyarakat, membutuhkan solusi tersendiri. Walaupun fakta ini telah direspon pemerintah dengan mengarahkan 70 % orientasi pembelajaran SMA ke kejuruan (vocational) dan sisanya untuk pengayaan teori, namun perubahan orientasi ini masih membutuhkan sosialisasi yang luas dan perumusan aksi yang konkret.

Dalam aspek kelembagaan, efektivitas manajemen sangat dituntut agar mampu menghasilkan lembaga pendidikan yang kompetitif baik dari segi pembiayaan maupun kualitas. Seiring dengan semangat kompetisi yang bebas, nantinya seluruh lembaga pendidikan dituntut untuk semakin mandiri dan kreatif dalam menggali sumber-sumber pendanaan alternatif sehingga tidak mengandalkan sumbangan orang tua.

Dalam aspek networking, muncul tuntutan untuk meningkatkan kerjasama antar sesama lembaga pendidikan pada tingkat lokal, nasional, maupun international; antara lembaga pendidikan dan sektor industri, dan antara lembaga pendidikan dengan pemerintah. Perkembangan global telah menuntun masyarakat untuk sadar akan pentingnya jaringan dalam menggali dan memanfaatkan peluang-peluang baru.

Dalam aspek SDM, tantangan global menuntut SDM yang berkualitas international walaupun tetap mengusung local wisdom dan dididik oleh lembaga pendidikan lokal. Keterpurukan Indonesia saat ini telah membuka mata banyak pihak bahwa investasi terpenting yang harus diprioritaskan oleh seluruh lembaga adalah investasi di bidang SDM. Pengabaian investasi SDM hanya akan menyulitkan lembaga pada masa depan.

Terkait dengan tantangan global, banyak orang sepakat bahwa tidak semua pengaruh global bersifat positif dan tidak semuanya negatif. Cita ideal pendidikan Islam memiliki tugas luhur yakni membendung arus negatif dan memupuk arus positif globalisasi guna membentuk anak didik yang beriman, cerdas, dan berakhlak mulia. Pengaruh global harus dihadapi dengan kesiapan yang nyata baik dalam aspek budaya sekolah, kurikulum, kelembagaan, networking, maupun peningkatan SDM lembaga-lembaga pendidikan yang ada.

GLOBAL ISLAMIC EDUCATION EXPO I Jateng 2008 merupakan wahana pengenalan kepada masyarakat Jawa Tengah tentang keunggulan lembaga-lembaga pendidikan Islam Jawa Tengah agar masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan informasi tentang lembaga pendidikan Islam terbaik. Dengan demikian, mereka tidak akan menyerahkan putra-putrinya ke lembaga-lembaga yang kurang memenuhi hak-hak keagamaan siswa-siswinya. Selama ini, keputusan memilih lembaga pendidikan yang dilakukan oleh kebanyakan orang tua belum didasarkan pada informasi yang komprehensif dan seimbang tentang suatu lembaga pendidikan. Ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran public relation sekolah-sekolah Islam bila dibanding dengan sekolah-sekolah Kristen.

Kegiatan ini sekaligus merupakan sarana membangun networking antara lembaga pendidikan dan masyarakat penggunanya (stakeholders) serta wahana memelihara kerjasama antar lembaga pendidikan Islam dalam rangka peningkatan kualitas lembaga. Selama ini kegiatan semacam ini belum pernah dilakukan dan sekolah-sekolah Islam praktis berjalan sendiri-sendiri. Padahal dengan membangun networking, banyak peluang akan didapat dan banyak manfaat bisa diraih. Tantangan seberat apapun, bila dijinjing bersama pasti akan terasa ringan dibawa.

Kegiatan ini sangat penting dalam rangka memaksimalkan kontribusi umat Islam dalam ikut serta mencerdaskan bangsa dan membangun generasi Indonesia masa depan yang cerdas dan bertakwa. Seiring dengan globaliasi, semua lembaga pendidikan Islam dituntut memberikan yang terbaik bagi bangsa.

Tidak ada komentar: